Minggu, 15 April 2018

Suicide #13


Hey guys, welcome back with me Bramantya Krisnanta.

Its been a long long time since the last time I wrote my diary. Yeap, dari terakhir kali gue mem-posting artikel, banyak hal sudah terjadi. Mulai dari yang seru, manis, sampai menyedihkan. Dan pada tulisan gue kali ini, gue akan membahas satu masalah yang teramat sangat berat di hidup gue. And this is based from true story. Without further a do, let’s go.

Semua orang pasti memiliki tingkat kejenuhan dalam hidupnya. Untuk orang yang sehat, bila menggunakan skala 0-90% titik terjenuh atau terbawah manusia normal adalah 5%. Dan gue, sudah pernah mencapai titik terbawah manusia normal di usia 17 tahun. Biasanya, orang yang mencapai titik terbawah manusia normal (5% >) akan berpikiran dan melakukan apa yang namanya Suicide atau Bunuh Diri.

What is Suicide? Suicide atau Bunuh Diri adalah sebuah tindakan yang disengaja untuk melukai dan membunuh diri sendiri. Biasanya bunuh diri dipengaruhi beberapa factor utama seperti putus asa, depresi, gangguan jiwa, gangguan bipolar, ketergantungan, dll. Dan beberapa factor utama tersebut didorong oleh factor sampingan seperti kesulitan keuangan, masalah keluarga.

Yea… gua pernah ‘berpikiran’ untuk mengakhiri hidup gua di umur 17 tahun. Kenapa? Karena terlalu banyak beban yang gue pikul sendiri sebagai anak “SMA”. Gua gamau membeberkan masalah gua apa aja. Intinya gua depresi dan stress karena masalah Keluarga.

Gua inget saat itu adalah hari kamis. Yap, hari kamis malam satu pikiran absurd yang didukung dengan kondisi saat itu mengatakan “Maybe it’s the time. Enough”. Hanya karena satu kalimat itu, seluruh pikiran gua menjadi keruh, gelap dan kacau. Hari jumat pagi, gua sekolah dengan wajah murung tidak bersemangat, and I start to ask my close friends about suicide.

            “hey, suicide tu enak gak?”
            “what the hell bram, ke kenapa?”
            “nope, im just tired”
            “c’mon bram, its not funny, what’s wrong?”

I don’t want and I can’t answer those question ‘cause suasana hati gue kacau banget.

Pulang sekolah, gue mengurung diri dikamar, play “Logic - 1-800-273-8255” and “Linkin Park – Leave out all the rest”, screaming, hurting my self without any reasons. Pikiran gue makin menjadi-jadi, gue ambil tali dan langsung gue gantung diatas kamar gua. Hanya menunggu waktu. Sebenarnya saat itu gue udah siap untuk eksekusi. But, ada satu hal yang mengganjal niat gue untuk suicide saat itu juga.

Saat itu emang gua lagi ada masalah sama pacar gua, niatnya gua akan ngomong soal apa yang gua rasain beberapa hari belakangan. Sabtu siang sepulang sekolah, gua cerita dengan pacar gua, gua keluarin semua apa yang gua rasain, dan akhirnya gua bilang

            “you know, aku capek sama hidupku, mungkin ini saatnya”
            “bram, ke ngomong apa sih? Ga lucu”
            “aku mau suicide malem ini, aku udah gakuat lagi. Aku stress”

Dan seketika pacar gue langsung meluk gue erat banget and she said “Aku gamau ngeliat kamu stress lagi, aku gamau. Please kasi tau aku caranya biar kamu ga stress lagi. Dan janji sama aku, kamu ga bakalan punya niatan untuk suicide lagi”

And for that moment, I was paralyzed. Gue mulai sadar, I was acting crazy. Setelah gue denger pacar gue, seketika pikiran gue berjalan mundur. Masih banyak banget tanggung jawab yang gue harus lakuin. Masih banyak cita-cita yang belum gue capai. Keinget sama semua yang bener-bener sayang dan care sama aku selama ini. Gue mulai buka pikiran lagi, “Kalau lo udah nggak ada, siapa yang bakal ngejagain orang tua lo?!”, “ Kalau lo nggak ada, 17 tahunmu belakangan akan terbuang sia-sia”, “Kalau lo mau suicide sekarang, buat apa lo hidup selama ini?!”. Disaat itulah, gue mulai bangkit perlahan, mulai semuanya dari awal, perlahan gua ikhlaskan semuanya and pretend everything’s gonna be alright. Ada satu quotes yang menjernihkan pikiran gue saat itu dan sekaligus menjadi pedoman hidup gue.

Life is never get easier, life is rough and so I gotta be tough

That day, is my worst day ever. Ternyata, memang satu hal kecil bener-bener bisa merubah semua keputusan kalian. Yap, they called love. That’s the only reason why I still alive until today. Menurut gue, semua kehidupan memang kejam dengan jalannya sendiri, tapi gue yakin Tuhan pasti sudah merencanakan ini semua untuk kita. Intinya, Tuhan pasti akan kasi beberapa anugrah, kita harus tetap bersyukur aja. Gue gamau nyia-nyia-in semua yang udah Tuhan kasi ke aku, I wanna fight, stay strong stand tall. And one thing, I wanna make my parents, and my love one proud of me.

No matter how hard the situation, I must control it!

I don’t know kenapa gue sampe punya pikiran untuk suicide. Gue tau bunuh diri bukanlah pelarian yang benar dari semua masalah di dunia ini, dan bunuh diri pun sangat dilarang keras oleh agama kita. But.. I don’t know, kenapa gue sampe pengen bunuh diri. Gue sempet mikir, apakah emang ini jalan hidup yang gue harus laluin, apa ini satu-satunya cara supaya gue bisa kuat nanggepin semua masalah di dunia ini.

Buat kalian semua yang baca tulisan ini, percayalah, bunuh diri itu nggak baik, sangat tidak baik. Mungkin kalian mikir setelah kita lolos dari upaya bunuh diri, semuanya akan berjalan biasa seolah gaada yang terjadi? You’re DEAD WRONG!. Malah setelah berhasil lolos dari upaya bunuh diri itulah yang buat lo semakin rentan untuk melakukan bunuh diri lagi. “once you locked in, you will always locked in” sekali mencoba untuk bunuh diri, maka seterusnya kalian bakal mikirin lagi untuk bunuh diri IF kalian mendapat pressure yang berat lagi.

Say no to SUICIDE!



Share:

3 komentar: